Kamis, 27 Desember 2012

Tarik Lotre di SNMPTN Jalur Undangan


Tarik Lotre di SNMPTN Jalur Undangan

Rio Isman. (Foto: dok. pribadi)
Colleger Radio - PERGURUAN tinggi negeri (PTN) menjadi dambaan setiap siswa kelas 12 yang akan melanjutkan pendidikan. Tidak hanya siswa yang mengenyam pendidikan di kota-kota besar, namun juga menjadi dambaan bagi mereka yang mencari ilmu di pelosok-pelosok negeri. Puncak persaingan kualitas otak antarsiswa SMA se-Indonesia adalah SNMPTN jalur tertulis. Tapi sekarang, sistem itu akan dihapus di SNMPTN 2013 yang hanya membuka satu pintu seleksi, yaitu jalur undangan.  


Ditinjau dari segi kualitas sekolah, tentu keberhasilan siswa akan memihak pada mereka yang bersekolah di sekolah unggulan. Sekolah yang dipandang “tinggi” dan unggul secara otomatis akan dinaikkan derajatnya ketimbang sekolah “ecek-ecek” di desa-desa dan pedalaman. Bukankah mereka ingin juga mengenyam pendidikan tinggi? Seberapa pun besar nilai siswa dari sekolah desa, akan lebih kecil jika dibandingkan dengan nilai terkecil dari suatu sekolah unggul. Toh itu tak bisa menjadi tolok ukur kepintaran siswa. Melihat dari sisi nilai rapor tiga tahun dan  nilai ujian nasional tidaklah relevan untuk menentukan lulus atau tidaknya seorang siswa memasuki dunia perkuliahan. Pun sebagian besar nilai ujian nasional yang tertera di ijazah tidak murni didapat dengan kejujuran.

Telah menjadi rahasia umum yang berkembang di masyarakat bahwasanya banyak terjadi kongkalikong dalam pelaksanaan ujian nasional. Meluluskan siswa ke dunia perkuliahan dengan melihat mereka yang bernilai tinggi di ujian nasional dapat menjadi bumerang bagi perguruan-perguruan tinggi. Kualitas perguruan tinggi akan menurun karena pihak perguruan tinggi tidak mengetahui benar proses mendapatkan nilai ujian nasional. Bisa jadi nilai ujian yang sempurna didapat dari hal-hal kotor. Apabila sistem ini dipakai di SNMPTN 2013, bisa jadi nilai sempurna ujian nasional akan membeludak. Tak ada lagi kejujuran dalam event tahunan itu. Akan terjadi suatu perlombaan mengejar nilai ujian nasional demi satu kursi di perguruan tinggi negeri. Kejujuran otomatis akan dikalahkan oleh nilai-nilai sempurna itu. Tak ada lagi kejujuran dan kualitas perguruan tinggi pun menurun.

Sistem penilaian hasil pendidikan selama tiga tahun tentu berbeda antara satu sekolah dengan sekolah lain. Hendaknya dalam tata cara penerimaan mahasiswa baru, dilakukan penyetaraan atau penyamaan sistem pendidikan. Langkah tersebut telah dilakukan oleh pemerintah dengan bermacam-macam istilah, seperti Sipenmaru, UMPTN, dan sekarang berubah menjadi SNMPTN. Hasil ujian tertulis  lebih adil dan fair dibandingkan dengan hasil jalur undangan karena dalam ujian tertulis, tidak ada kesempatan bagi siswa untuk melakukan penyelewengan nilai. Hasil ujian tertulis adalah murni kompetensi siswa tersebut. Soal-soal ujian yang diakui berada di level tinggi dan memiliki bobot di atas materi SMA akan menghasilkan calon-calon mahasiswa yang benar-benar berkualitas dan berkompeten untuk melanjutkan pendidikan.

Ketidaktahuan perguruan tinggi mengenai proses mendapatkan nilai ujian nasional dan nilai rapor seorang siswa akan menjadi bumerang bagi perguruan tinggi tersebut. Sekolah di pelosok-pelosok negeri pun menyimpan generasi-generasi emas bangsa, bukan hanya sekolah unggulan tengah kota. Penerimaan mahasiswa baru dari jalur undangan bagaikan menarik lotre undian. Siapa beruntung, dia yang dapat kursi di perguruan tinggi negeri. Berbeda dengan jalur tertulis yang benar-benar mengandalkan otak. Dari persaingan di jalur tertulis, akan didapat mahasiswa-mahasiswa baru yang benar-benar cemerlang, sekaligus transparansi dan keadilan penerimaan mahasiswa baru dapat tercapai.

Rio Isman
Mahasiswa Teknik Nuklir
STTN-Batan

sumber:http://www.e-campusradio.com/2012/12/tarik-lotre-di-snmptn-jalur-undangan.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar