Sabtu, 08 Desember 2012

Bentuk Laporan Penelitian/ Karya Ilmiah

Kegiatan menulis karya ilmiah saat ini sudah menjadi agenda tahunan yang diadakan oleh lembaga-lembaga pendidikan, dinas, dan instansi pendidikan mulai dari level bawah sampai level yang lebih tinggi lagi yakni Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas). Diantara lomba karya ilmiah yang sering dilombakan adalah Lomba Karya Ilmiah Remaja (LKIR).
Kegiatan menulis ilmiah merupakan suatu kegiatan yang oleh sebagian remaja diangap sulit, tetapi bukan berarti hal tersebut tidak dapat dipelajari. Beberapa faktor yang dirasa menghambat remaja dalam menciptakan suatu karya tulis adalah:
1. Merasa diri tidak mampu untuk menulis,
2. Takut salah atau disepelekan orang lain,
3. Tidak berani menanggung resiko,
4. Penyakit malas menulis, dan
5. Menutup diri dari pengalaman dan gagasan baru.
Sehubungan dengan hal tersebut, penulis sering mendapatkan permintaan membimbing penulisan karya tulis ilmiah. Permintaan tersebut tentunya dari mantan siswa yang sekarang sudah melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas (SMA).
Berikut ini kami berikan gambaran/bentuk laporan penelitian atau Karya Ilmiah Remaja, yang penulis kutip dari buku Remigius Gunawan Susilowarno, “Kelompok Ilmiah Remaja”(Petunjuk Membimbing dan Meneliti Bagi Remaja), Grasindo, 2003. Semoga postingan ini dapat membantu para siswa dalam melakukan dan menyusun laporan penelitian atau menyusun Karya Ilmiah Remaja.

Bentuk Laporan Penelitian/Karya Ilmiah
Kulit/Sampul
1.   Judul.
2.   Logo/Lambang Sekolah.
3.   Nama Peneliti/Penulis.
4.   Nama Sekolah lengkap dengan alamat.
5.   Nama Kota dan tahun penyusunan

Pendahuluan
Halaman Pengesahan, berisi lembaran persetujuan yang menyatakan penelitian sudah berakhir dan dibuktikan dengan tanda tangan pembimbing dan Kepala Sekolah.
1.   Kata Pengantar, berfungsi mengantarkan pembaca kepada isi atau uraian-uraian yang terdapat dalam suatu hasil penelitian.
2.   Daftar isi, berisi petunjuk letak setiap bagian pada halaman yang memuat/menulisnya
3.   Daftar Tabel, berisi petunjuk letak setiap tabel pada halaman mana yang memuat/ menulisnya.
4.   Abstrak/Intisari, merupakan uraian singkat keseluruhan isi penelitian.

BAB I Pendahuluan
Pendahuluan berisi berbagai informasi tentang materi keseluruhan yang disusun secara sistematis dan terarah dengan pola penalaran yang jelas. Macam isi bab pendahuluan adalah sebagai berikut.
1.  Latar Belakang Masalah, berisi pengantar yang memaparkan pertimbangan-pertimbangan atau pemikiran-pemikiran mengenai pentingnya suatu masalah untuk dipecahkan dalam penelitian ini.
2.   Perumusan Masalah, berisi masalah-masalah penelitian yang sudah benar-benar teridentifikasi.
3.   Tujuan Penelitian, berisi rincian tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian.
4.   Manfaat Penelitian, berisi gambaran fungsi yang dapat diambil.
5.   Hipotesis, berisi jawaban tentatif terhadap masalah penelitian berdasarkan logika yang kemudian akan dibuktikan kebenarannya dengan pelaksanaan penelitian di lapangan.

BAB II Tinjauan Pustaka
Tinjauan Pustaka merupakan ungkapan teori-teori yang dipilih untuk memberikan landasan yang kuat terhadap permasalahan penelitian dan mempunyai relevansi yang erat dengan alternatif penyelesaian masalah yang dipilih. Tinjauan Pustaka dapat berisi hal-hal berikut.
1. Teori-teori berhubungan dengan masalah-masalah yang akan dipecahkan dalam penelitian.
2. Rujukan dari hasil penelitian sejenis yang telah dilakukan oleh peneliti yang terdahulu.
3. Rujukan-rujukan yang berkaitan dengan bahan dan metode penelitian.

BAB III Metodologi
Metodologi berisi hal-hal berikut.
1.   Tempat dan waktu penelitian, bagian yang menjelaskan di mana saja lokasi penelitian dilaksanakan dan jadwal waktu penelitian seberapa panjang.
2.   Populasi dan sampel, bagian ini memberikan gambaran keluasan populasi yang seharusnya akan dijadikan objek penelitian secara keseluruhan.
3.   Variabel Penelitian, bagian ini memberikan gambaran yang jelas dan tegas mengenai pengubah dalam penelitian.
4.   Alat-alat dan Bahan-bahan Penelitian, bagian ini memberikan diskripsi seluruh alat-alat yang digunakan dalam penelitian, termasuk spesifikasi masing-masing alat.
5.   Cara kerja Penelitian, bagian ini mendiskripsikan secara lengkap dan terinci setiap macam kegiatan dan setiap langkah kegiatan yang dilakukan peneliti dalam seluruh rangkaian penelitian dari awal hingga akhir penelitian.
6.   Rancangan Tabulasi Data, bagian ini rancangan bentuk tabulasi data yang akan diperoleh selama dalam penelitian.

Data dan Pembahasan
Pembahasan data mengungkapkan berbagai penyelesaian masalah yang ditetapkan sebelumnya. Menurut Rudestam dan Newton, elemen-elemen yang biasanya dimuat dalam pembahasan sebagai berikut.
1.   Tinjauan tentang penemuan-penemuan penting dalam penelitian;
2.   Pertimbangan tentang penemuan-penemuan dalam kaitannya dengan penelitian terdahulu yang relevan;
3.   Implikasi penemuan terhadap teori yang ada pada saat ini;
4.   Pemeriksaan yang hati-hati terhadap hasil yang tidak mendukung atau hanya sebagian mendukung hipotesis;
5.   Keterbatasan-keterbatasan studi yang mungkin berakibat pada kesimpulan dan generalisasi studi;
6.   Rekomendasi untuk penelitian selanjutnya;
7.   Implikasi studi untuk praktek atau studi terapan.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penulisan pembahasan adalah sebagai berikut.
1.   Analisa data harus dipaparkan terlebih dahulu sebelum pembahasan dituliskan.
2.   Jangan mengulang atau merumuskan kembali hal-hal yang telah dikemukakan.
3.   Bila terdapat kekurangan-kekurangan pada cara pengumpulan data, akui sebagai keterbatasan, dan tidak perlu membela diri dengan nada minta maaf.
4.   Rekombinasi untuk penelitian lebih lanjut harus singkat.
5.   Pembahasan adalah bagian tulisan yang mengutamakan kreativitas berpikir, kemampuan berpikir secara logis dan terfokus, serta pengembangan interprestasi.
6.   Teruskan mencari dan membaca literatur terbaru yang relevan untuk dibahas dalam pembahasan.
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan suatu karya ilmiah yang ringkas dan bermakna harus dirumuskan berdasarkan hasil penelitian yang terpenting, sehingga menggambarkan hasil penelitian yang final dan utuh.
Kesimpulan berfungsi untuk menjawab rumusan permasalahan atau berupa hasil pengujian hipotesis yang dipaparkan dalam bab pendahuluan.

Daftar Pustaka
Daftar Pustaka berisi macam-macam buku yang memuat teori-teori yang digunakan sebagai dasar untuk perumusan masalah. Penulisan daftar pustaka ada tiga sistem, yaitu sebagai berikut.
1.   Sistem Harvard, yang berisi nama pengarang, tahun dalam tanda kurung, judul karangan, nama jurnal dan nomor, serta nomor halaman.
2.   Sistem Vacouver, yang berisi nama pengarang, judul karangan, nama jurnal tanpa tanda kurung, volume/nomor, serta nomor halaman jurnal.
3.   Sistem Alfabetik, yang berisi nama pengarang, judul karangan, nama jurnal, volume/nomor dan nomor halaman jurnal, tahun tanpa tanda kurung.
Daftar Pustaka: Remigius Gunawan Susilowarno, “Kelompok Ilmiah Remaja”(Petunjuk Membimbing dan Meneliti Bagi Remaja), Grasindo, 2003
Read More..

Format Laporan Penelitian

1. Syarat – syarat laporan penelitian
Penulisan laporan adalah penyampaian pengalaman peneliti dan hasil – hasilnya kepada
maasyarakat luas sehingga dapat berguna bagi perkembangan ilmu pengetahuan.
Syarat – syarat penulisan poran ilmiah adalah :
a. Tepat tujuan, artinya bahwa penulis laporan penelitian harus mengetahui betul kepada
siapa saja laporan itu ditujukan.
b. Sistematis, artinya laporan harus disusun dan dilaporkan secara berurut tahap demi tahap,
sehingga dapat dimengerti oleh para pembacanya yang tidak terlibat langsung dalam
penelitian tersebut.
c. Penelititan harus meyakinkan, artinya bahwa penulis laporan harus mampu meyakinkan
para pembaca bahwa penelitian yang dilakukan sangat penting.
d. Kejelasan menurut aedah ilmu, artinya harus memiliki kejelasan dan kemampuan
meyakinkan para pembaca sehingga dapat menghilangkan prangka dan keraguan –
keraguan atas hasil penelitian yang disampaikan.

2. Jenis – jenis laporan penelitian

Jenis – jenis laporan penelitian sebagai berikut :
a. Laporan lengkap ( monograf ) adalah laporan yang berisi tentang proses penelitian secara
menyeluruh, dengan mengutarakan semua teknik dan pengalaman peneliti dalam
melaksanakan kegiatan penelitian.
b. Artikel ilmia adalah laporan yang berisi tentang intisari dari laporan lengkap. Penulisannya
lebih padat dan disesuaikan dengan jumlah halaman yang disediakan dalam jurnal – jurnal
ilmiah.
c. Laporan ringkas ( summary report ) adalah laporan dari artikel yang sudah pernah
diterbitkan yang ditulis ulang dengan menggunakan bentuk dan gaya penulisan yang lebih
sederhana, sehingga dapat dipahami oleh masyarakat luas.
d. Laporan untuk administrator dan pembuat keputusan adalah laporan penilitian yang
diberikan kepada pemerintah, terutama berkenaan dengan penelitian tindakan.


Bagian – bagian laporan penelitian


Sebuah laporan penelitian harus memuat hal – hal sebagai berikut :
a. Pernyataan tentang masalah yang ingin dipecahakan dala penelitian tersebut.
b. Prosedur penelitian, yang mencakup disain penelitian, metode yang dipilih, sample yang
ditarik, teknik pengumpulan data, serta metode analisis yang dipergunakan.
c. Hasil penelitian dan penemuan – penemuan.
d. Implikasi yang dapat ditarik dari penelitian tersebut.
Kerangka penulisan laporan penelitian yang umumnya dipergunakan oleh peneliti ilmu social
adalah sebagai berikut :
a. Badgian awal, Terdiri atas halaman judul, abstark, kata pengantar, daftar isi, daftar,
table, daftar gambar/ilustrasi/diagram.
b. Badan laporan, terdiri atas pendahuluan, kerangka teoritis, metodologi penelitian,
pelaksanaan penelitian, hasil penelitian dan pembahasan, serta kesimpulan dan saran.
c. Bagian penutup, terdiri atas, lampiran, indeks, dan daftar pustaka.

Daftar pustaka dan catatan kaki

Dafatar pustaka merupakan daftar bahan – bahan referensi yang dipergunakan oleh peneliti
dalam penelitian maupun penulisan laporan, antara lain, majalah,Koran, internet, buku, dan
lain – lain.
Dafatr pustaka ini diletakkan pada bagian akhir laporan penelitian.
Catatan kaki adalah keterangan mengenai sumber suatu kutipan yang dicantumkan oleh
peneliti ( penulis ) dalam laporan penelitiannya
Read More..

Keutamaan Puasa Senin Kamis

          Puasa adalah di antara amalan yang mulia. Selain dari sisi kesehatan pun amat baik karena pencernaan akan beristirahat. Puasa senin kamis adalah di antara puasa yang bisa kita rutinkan setiap pekannya. Namun jika kita memilih salah satunya saja, misal puasa Senin saja, itu pun tidak masalah. Yang penting adalah amalan tersebut dirutinkan.
Beberapa keutamaan puasa Senin Kamis secara khusus diterangkan secara khusus dalam tiga dalil berikut.

[Dalil pertama]
Dari Abu Qotadah Al Anshori radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya mengenai puasa pada hari Senin, lantas beliau menjawab,

ذَاكَ يَوْمٌ وُلِدْتُ فِيهِ وَيَوْمٌ بُعِثْتُ أَوْ أُنْزِلَ عَلَىَّ فِيهِ

Hari tersebut adalah hari aku dilahirkan, hari aku diutus atau diturunkannya wahyu untukku.” (HR. Muslim no. 1162)

[Dalil kedua]
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

تُعْرَضُ الأَعْمَالُ يَوْمَ الاِثْنَيْنِ وَالْخَمِيسِ فَأُحِبُّ أَنْ يُعْرَضَ عَمَلِى وَأَنَا صَائِمٌ

Berbagai amalan dihadapkan (pada Allah) pada hari Senin dan Kamis, maka aku suka jika amalanku dihadapkan sedangkan aku sedang berpuasa.” (HR. Tirmidzi no. 747. At Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan ghorib. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih lighoirihi, shahih dilihat dari jalur lainnya. Lihat Shahih At Targhib wa At Tarhib no. 1041)

[Dalil ketiga]

Dari ‘Aisyah, beliau mengatakan,

إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- كَانَ يَتَحَرَّى صِيَامَ الاِثْنَيْنِ وَالْخَمِيسِ
.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa menaruh pilihan berpuasa pada hari senin dan kamis.” (HR. An Nasai no. 2360 dan Ibnu Majah no. 1739. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih. Lihat Shahihul Jaami’ no. 4897)


Faedah Puasa Senin-Kamis
  1. Beramal pada waktu utama yaitu ketika catatan amal dihadapkan di hadapan Allah.
  2. Kemaslahatan untuk badan dikarenakan ada waktu istirahat setiap pekannya.
Moga Allah mudahkan untuk mengamalkan amalan yang mulia ini.
Wallahu waliyyut taufiq was sadaad.
Read More..

Senin, 03 Desember 2012

FORMAT PENULISAN KARYA ILMIAH

FORMAT PENULISAN KARYA ILMIAH



Oleh : Andy Setyawan
 BAGIAN AWAL
1. Halaman sampul Berisi judul secara lengkap, kata “karya ilmiah” diajukan sebagai…, lambang, nama penulis, Institusi, tahun, kota.
2. Lembar Persetujuan Berisi, Karya Ilmiah oleh…, ini telah disetujui untuk dipresentasikan. Nama lengkap pembimbing 1 dan pembimbing 2, serta tanda tangan keduanya.
3. Abstrak Berisi latar belakang, masalah yang diteliti, metode yang digunakan, hasil yang diperoleh, kesimpulan yang dapat ditarik, serta jika ada saran yang diajukan. Note: Pembuatan abstrak dilakukan ketika peneliti telah sampai pada kesimpulan dari penelitian. Abstrak berisi garis besar dari penelitian yang dilakukan peneliti.
 4. Kata pengantar Berisi ucapan syukur, ringkasan penelitian, ucapan terimakasih, harapan kritik dan saran yang membangun.
5. Daftar isi Memuat judul bab, judul subbab, judul anak subbab yang disertai nomor halaman tempat pemuatannya dalam teks. Semua judul bab dikerik dengan huruf capital.
 6. Daftar tabel Memuat nomor table, judul table, serta nomor halaman untuk setiap tabel. Judul tabel yang memerlukan lebih dari satu baris diketik dengan spasi tunggal, antara judul tabel yang satu dengan judul tabel yang lain di beri jarak 2 spasi.
7. Daftar gambar Cantumkan nomor gambar, judul gambar, dan nomor halaman tempat pemuatannya dalam teks.

 BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian Diuraikan tentang garis besar yang akan diselidiki/diamati, mengapa diselidiki, bagaimana menyalidikinya dan untuk apa diselidiki atau diteliti.
B. Identifikasi Masalah Menguraikan lebih jelas tentang masalah yang telah ditetapkan pada latar belakang penelitian. Di dalamnya berisi rumusan eksplisit masalah yang terkandung pada suatu fenomena. Perumusannya diurut sesuai dengan urutan intensitas pengaruhnya dalam topic penelitian. Bentuknya biasanya berupa kalimat pertanyaan atau dapat pula berupa kalimat pernyataan yang menggugah perhatian.
C. Batasan masalah Penggunaannya agar permasalahan yang akan dibahas tidak melebar, dengan pembatasan masalah jenis atau sifat hubungan antara variabel yang timbul dalam perumusan masalah, dan subek penelitian semakin kecil ruang lingkupnya. Batasan masalah biasanya diuraikan dalam bentuk kalimat pernyataan.
D. Rumusan masalah Merupakan upaya untuk menyatakan secara tersurat pertanyan-pertanyaan yang hendak dicarikan jawabannya, pernyataan yang lengkap dan rinci mengenai ruang lingkup masalah yang akan diteliti berdasarkan identifikasi masalah. Dalam format kalimat Tanya. Rumusan masalah yang baik akan menampilkan variabel yang akan diteliti, jenis atau sifat hubungan antara variable tersebut, dan subjek penelitian.
E. Tujuan penelitian Maksud atau hal-hal yang ingin dicapai, serta sasaran yang dituju oleh peneliti. Di tuangkan dalam bentuk kalimat pernyataan.
F. Kegunaan Penelitian Harapan yang berkaitan dengan hasil penelitian, baik praktis maupun teoritis. Sampai seberapa jauh hasil penelitian bermanfaat dalam kegunaan praktis, serta pengembangan sesuatu ilmu sebagai landasan dasar pengembangan selanjutnya. Harus ada keseimbangan antara kegunaan hasil penelitian untuk aspek ilmu dengan aspek praktis. G. Kerangka Pemikiran Uraikan cara mengalirkan jalan pikiran peneliti menurut kerangka teori dan kerangka konsep yang logis, dengan kerangka berpikir deduktif. Biasanya disajikan dalam bentuk diagram alur. H. Hipotesis Penelitian. Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang akan diidentifikasikan. Bentuk kalimatnya adalah kalimat pernyataan menurut ketentuan “proporsional”, yaitu kalimat yang terdiri dari dua variable. Hipotesis penelitian diajukan setelah peneliti melakukan kajian pustaka, karena pada dasarnya penelitian adalah rangkuman dari kesimpulan teoritis yang diperoleh dari kajian pustaka. BAB II KAJIAN PUSTAKA Kajian pustaka memuat dua hal pokok 1. Deskripsi teoritis tentang objek / variable yang diteliti. 2. Kesimpulan tentang kajian yang antara lain berupa argumentasi atas hipotesis yang telah diajukan pada bab 1. Pemilihan bahan kajian pustaka didasarkan pada dua criteria: 1. Prinsip kemuthakiran (kecuali untuk penelitian historis) 2. Prinsip relevansi. Setiap keerangan yang diperoleh dari sumber pustaka dan dicantumkan dalam karya tulis wajib diikuti keterangan acuan (rujukan). BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Strategi mengatur latar penelitian agar peneliti memperoleh data yang valid sesuai dengan karakteristik variabel dan tujuan peneliti. B. Populasi dan sampel Populasi dan sampel tepat digunakan pada penelitian kuantitatif. Akan tetapi jika sasaran penelitiannya adalah seluruh anggota populasi, akan lebih cocok digunakan istilah subjek penelitian, terutama dalam penelitian eksperimental. Dalam survey sumber data lazim disebut responden dan dalam penelitian kualitatif disebut informan. Hal yang dibahas dalam bagian populasi dan sampel adalah: 1. Identifikasi dan batasan tentang populasi dan sampel. 2. Prosedur dan teknik pengambilan sampel. 3. Besarnya sampel. C. Instrumen penelitian Kemukakan instrument yang digunakan untuk mengukur variable, setelah itu dipaparkan prosedur pengembangan instrument pengumpul data atau pemilihan alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian. D. Teknik pengumpulan data Bagian ini menguraikan: 1. Langkah-langkah yang ditempuh dan teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data. 2. Kualifikasi dan jumlah petugas yang terlibat dalam proses pengumpulan data. 3. Jadwal serta waktu pelaksanaan pengumpulan data. E. Analisis Data Uraikan jenis analisis statistic apa yang digunakan BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi data Uraikan masing-masing variable yang diteliti. Dalam deskripsi data untuk masing-masing vaiabel dilaporkan hasil penelitian yang telah diolah dengan teknik statistic deskriptif, seperti : distribusi frekuensi, grafik atau histogram, nilai rerata, simpang baku, dll. B. Pengujian hipotesis BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN Tujuan dari bab pembahasan ini adalah : 1. Menjawab masalah penelitian atau menunjukkan bagaimana tujuan penelitian dicapai. 2. Menafsirkan temuan penelitian. 3. Menganalisis hasil penelitian. 4. Mengintegrasikan temuan penelitian ke dalam kumpulan pengetahuan yang telah mapan. 5. Memodifikasi teori yang ada atau menyusun teori baru. 6. Menjelaskan implikasi lain dari hasil penelitian, termasuk keterbatasan temuan penelitian. BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Kesimpulan terkait langsung dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian. Kesimpulan juga dapat ditarik dari hasil pembahasan. Kesimpulan penelitian merangkum semua hasil penelitian yang telah diuraikan secara lengkap dalam BAB IV. B. Saran Saran yang diajukan hendaknya selalu bersumber pada temuan penelitian, pembahasan, dan kesimpulan hasil penelitian. Saran dapat ditunjukkan pada suatu instansi seperti pemerintahan, lembaga, ataupun swasta, ataupun pihak lain yang dianggap layak. Daftar Pustaka 1. Baris pertama di mulai pada margin sebelah kiri, baris kedua dan selanjutnya di mulai dengan 3 ketukan ke kanan. 2. Jarak antar baris adalah 1,5 spasi. 3. Daftar pustaka diurut berdasar abjad huruf pertama nama penulis. 4. Jika penulis yang sama menulis beberapa karya ilmiah yang dikutip, nama penulis harus dicantumkan ulang. Teknik: 1. Nama penulis yang diawali dengan penulisan nama keluarga. 2. Tahun terbit karya ilmiah yang bersangkutan. 3. Judul karya ilmiah dengan menggunakan huruf besar untuk huruf pertama tiap kata kecuali untuk kata sambung dan kata depan, ditulis dengan format huruf miring. 4. Data publikasi berisi nama tempat kota dan nama penerbit. Contoh: Hadi, Sutrisno. 1984. Metodologi Research. Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada. LAMPIRAN Format Penulisan Untuk Karya Tulis IPA. Pada dasarnya karya tulis sains memuat format yang sama seperti karya tulis lainnya seperti karya tulis social. Namun, ada perbedaan pada BAB III atau pada metodologi penelitian. Pada Penelitian Sains BAB III Metodologi diganti dengan “Bahan dan Cara Kerja”, yang di dalamnya memuat unsur: BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Bab ini merupakan bab karya tulis yang penataannya disesuaikan dengan jenis penelitian yang dilakukan. Penyajian penelitian yang bercorak eksperimental dapat dibagi dalam empat bagian, yaitu: A. Lokasi Dituliskan tempat dan waktu penelitian. Keterangan mengenai tempat diberikan selengkap mungkin. Jika perlu melengkapi koordinat dan petanya. B. Bahan Diuraikan semua bahan yang digunakan dalam penelitian, baik sampel maupun bahan habis pakai, seperti bahan kimia. Penyebutan bahan yang digunakan hendaknya disertai keterangan yang terperinci. Misalnya bahan kimia hendaknya disertai dengan merk dagang. 1. Sampel a. Sperma diperoleh dari penderita (pasien) RSCM berumur 30-35 tahun yang menderita….dst. (di sini perlu diberi keterangan jelas mengenai kondisinya, karena tidak akan dibicarakan lagi dalam bagian cara kerja. b. Sampel ragi tape dibeli secara acak di pasar X, Y, dan Z dalam keadaan kering dan terbungkus rapi. 2. Bahan Kimia Semua bahan kimia dari derajat proanalisis, terkecuali alcohol Contoh: Asam sitrat 50g K2HPO4 36g Na Cl 10g 3. Peralatan Dituliskan secara jelas dan cermat peralatan yang digunakan dalam penelitian. Peralatan yang yang berada di dalam laboratorium dituliskan secara lengkap. Contoh: Alat pengukur kepekatan suspensi Spektronic 20. Kamera foto Nikon FM. Mikroskop. Labu Elyemeyer. 4. Cara Kerja Nyatakan segala sesuatu yang dilakukan dalam penelitian.: cara pengambilan sampel, perlakuan sampel di lapangan dan di laboratorium, serta pengawetannya (jika ada). Perincian cara kerja harus cermat dan jelas agar bila diulang peneliti lain dalam kondisi yang sama akan memberikan hasil yang sama pula. Uraian dapat berupa: a. Cara mengambil sampel. b. Cara memperlakukan sampel dilapangan dan di laboratorium. c. Cara memelihara objek penelitian selama penelitian. d. Cara membuat larutan. e. Cara menentukan PH, Suhu, kelembaban. f. Cara melakukan assay suatu zat atau senyawa. g. Cara menginkubasi suatu kultur, dll. Jika menggunakan statistic, maka bab ini ditutup dengan penjelasan tentang metode statistika yang dipakai untuk mengolah data yang diperoleh. Teori tidak perlu dijabarkan, cukup dengan menyebutkan acuannya. Contohnya perhitungan dicantumkan dalam lampiran. SISTEMATIKA PENULISAN Alternatif pertama Alternatif kedua Alternatif ketiga Alternatif 3 RUJUKAN Kutipan langsung 1. Kurang dari 40 kata Diantara tanda kutip (“…..”), di ikuti nama penulis, tahun dan nomor halaman yang diletakkan di dalam kurung. 2. Lebih dari 40 kata Di tulis tanpa tanda kutip secara terpisah dari teks yang mendahului. Di tulis 7 ketukan dari tepi kiri dan kanan, dan diketik spasi tunggal. diikuti nama penulis, tahun dan nomor halaman yang di letakkan di dalam kurung. 3. Kutipan sebagian dihilangkan. Sama penulisannya dengan kutipan lagsung kurang dari 40 kata. Apabila kata yang di buang, maka kata yang dibuang diganti dengan tiga titik. Apabila kalimat yang di buang, diganti dengan empat titik. Kutipan tidak langsung Biasanya dikemukakan dengan bahasa penulis sendiri, ditulis dengan menggunakan tanda kutip dan terpadu dalam teks. Nama penulis, tahun serta halaman dapat ditulis padu dalam teks. Daftar Rujukan A. Buku 1. Nama penulis dengan urutan: Nama akhir, awal, dan tengah, tanpa gelar akademik, diakhiri tanda titik. 2. Tahun penerbitan. Diakhiri tanta titik. 3. Judul, termasuk anak judul, judul buku diketik dengan huruf miring, diakhiri titik. 4. Kota tempat penerbitan, diakhiri (:). 5. Nama penerbit. B. Buku yang berisi kumpulan artikel. 1. Nama penulis, jika ada editor setelah nama diketik (Ed), 2. Judul artikel diketik dengan huruf kecil kecuali kata pertama 3. Judul buku diketik dengan huruf miring 4. Kota tempat penerbitan, diakhiri (:). 5. Nama penerbit. C. Artikel dalam majalah atau Koran Nama penulis, diikuti tanggal, bulan, dan tahun. Judul artikel ditulis dengan cetak biasa dan huruf besar pada tiap awal kata, kecuali kata hubung. Nama majalah atau Koran ditulis dengan huruf kecil dan diceak miring, dan nomor halaman. D. Karya terjemahan Nama penulis asli, tahun terbit, judul terjemahan, nama penerjemah, tahun terjemahan, dan tempat penerbitan dan nama tempat terjemahan. E. Tesis, skripsi, atau disertasi Nama penulis, tahun pada sampul, judul skripsi diketik dengan huruf miring diikuti kata skripsi tidak diterbitkan, nama kota tempat perguruan tinggi, nama fakultas dan pergurun tinggi. F. Internet Nama penulis, tahun, judul artikel, alamat web dan kapan diakses ditulis dalam kurung. FORMAT PENGETIKAN 1. Tata letak a. Karya tulis diketik 1,5 spasi pada kertas berukuran A4, (font 12, Times New Roman style). b. Batas pengetikan 1) Samping kiri 4 cm. 2) Samping kanan 3 cm. 3) Batas atas dan bawah masing-masing 3 cm. c. Jarak pengetikan, Bab, Sub-bab, dan perinciannya. 1) Jarak pengetikan antara Bab dan Sub-bab 3 spasi, sub bab dan kalimat di bawahnya 2 spasi 2) Judul Bab diketik di tengah dengan huruf besar dan dengan jarak 4 cm dari tepi atas tanpa di garisbawahi. 3) Judul sub-bab ditulis mulai dari sebelah kiri, huruf pertama setiap kata ditulis dengan huruf besar (capital), kecuali kata penghubung. 4) Judul anak sub bab ditulis mulai dari sebelah kiri dengan indens lima pukulan yang diberi garis bawah. Huruf pertama setiap kata ditulis dengan menggunakan huruf besar, kecuali kata penghubung. 2. Pengetikan kalimat Alinea baru diketik sebaris dengan baris di atasnya dengan jarak 2 spasi. Pengetikan kutipan langsung yang lebih dari 3 baris diketik satu spasi menjorok ke dalam dan semuanya tanpa diberi tanda petik. 3. Penomoran halaman a. Bagian pendahuluan yang meliputi halaman judul, nama atau daftar anggota kelompok, kata pengantar dan daftar isi memakai angka romawi kecil dan diketik sebelah kanan bawah (i,ii, dan seterusnya). b. Bagian tubuh atau pokok sampai dengan bagian penutup memakai angka Arab dan diketik dengan jarak 3 cm dari tepi kanan dan 1,5 cm dari tepi atas (1,2,3, dan seterusnya). c. Nomor halaman pertama dari tiap bab tidak ditulis tetapi namun diperhitungkan. JENIS PENELITIAN 1. Berdasarkan Tujuan penelitian a. Penelitian eksploratif Penelitian berusaha mengeksplorasi topic yang sama sekali baru. Ditandai dengan masih sedikitnya tulisan yang dihasilkan mengenai topic ini. Tujuan dari penelitian ini adalah memformulasikan pertanyaan penelitian yang lebih tepat sehingga hasil dari penelitian nanti dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan selanjutnya yang diadakan di masa yang akan datang. Bersifat kreatif, fleksibel, dan terbuka, semua sumber dianggap penting untuk dijadikan sumber informasi. b. Penelitian Deskripsi Menggambarkan fenomena social. Bertujuan menyajikan gambaran yang lengkap mengenai seting social dan hubungan-hubungan yang terdapat dalam penelitian. c. Penelitian Eksplanasi Menjelaskan bagaimana sebuah fenomena social terjadi, diadakan ketika peneliti mengumpulkan informasi mengenai topic yang telah diketahui dan memiliki gambaran yang lebih jelas. Penelitian ini mencari sebab dan alasan mengapa suatu terjadi. 2. Bedasarkan manfaat penelitian. a. Penelitian Murni Menjelaskan pengetahuan yang amat mendasar mengenai dunia social. Penelitian ini mendukung teori yang menjelaskan bagaimana dunia social, apa yang menyebabkan sebuah peristiwa terjadi. Penelitian murni menjadi sumber gagasan dan pemikiran tentang dunia social. Penelitian murni memberikan dasar untuk pengetahuan dan pemahaman yang dapat digeneralisasi bagi berbagai aspek. Oleh karena itu menjadikan penelitian murni sumber metode, teori dan gagasan, yang dapat diaplikasikan bagi penelitian selanjutnya. b. Penelitian Terapan Mencoba untuk menyelesaikan masalah tertentu secara spesifik. Teori bukan merupakan titik utama dalam penelitian ini. Penelitian ini ditunjukkan langsung untk menyelesaikan masalah. Karenanya penelitian ini menghasilkan rekomendasi bagi masalah tertentu, dan bukan semata-mata untuk mengembangkan teori. 3. Berdasarkan dimensi waktu a. Cross cectional Mengambil satu bagian dari gejala (populasi) pada satu waktu tertentu. b. Longitudinal Peneliti melakukan pengamatan yang berkaitan dengan satu fenomena social, informasi mengenai masyarakat atau unit penelitian lain dalam durasi waktu tertentu yang dilakukan lebih dari sekali. c. Case study Penelitian ini lebih mendalam dengan penekanan pada kasus-kasus yang spesifik yang terjdi pada rentang waktu yang ketat, penelitian ini sangat rinci dan variatif. 4. Berdasarkan pengumpulan data a. Kuantitatif Data yang berupa angka-angka 1) Eksperimen Dapat dilakukan dalam lingkungan laboratorium ataupun dalam kehidupan yang sebenarnya. Peneliti membagi subjek penelitiannya dalam dua kelompok atau lebih, dimana peneliti biasanya akan menciptakan kondisi yang dimanipulasi bagi salah satu kelompok subjek penelitian, dan kelompok tersebut diperlakukan secara khusus, sementara kelompok yang lain dimanipulasi, setelah itu peneliti akan mengukur reaksi yang diberikan oleh kedua kelompok tersebut. 2) Survey Peneliti mengajukan pertanyaan tertulis, baik yang telah tersusun dalam kuesioner maupun dalam wawancara lisan yang hasilnya direkam. Peneliti tidak memanipulasi kondisi penelitian. Peneliti hanya mengajukan beberapa pertanyaan pada sejumlah kecil subjek penelitian dalam jangka waktu yang relative singkat. Biasanya menggunakan sample yang ditarik dalam suatu populasi. Data yang didapat biasanya akan digeneralisasi kedalam kelompok yang lebih besar 3) Content Analisys Teknik pengumpulan data untuk menjelaskan informasi yang terdapat dalam material yang bersifat simbolis sepeti gamabar, film, dan lirik lagu. 4) Existing statistic Dilakukan dengan menggunakan data statistic yang dikumpulkan pada penelitian terdahulu maupun laporan yang diberikan oleh suatu lembaga. Peneliti menyusun kembali data yang ada dalam bentuk baru yang lebih sesuai bagi penelitian yang sedang diadakan. b. Kualitatif 1) Field Resesarch Diadakan dalam bentuk studi kasus pada sekelompok kecil orang dalam durasi waktu tertentu. Dimulai tanpa perumusan gagasan penelitian yang kuat, setelah itu peneliti akan memilh kelompok masyarakat yang akan diteliti lalu memulai pengamatan. Peneliti akan menganal secara personal terhadap subjek penelitian. 2) Historical Comparative Menjelaskan aspek-aspek kehidupan social yang terjadi dimasa lalu atau yang terjadi dalam kebudayaan yang berbeda. Sebaiknya memfokuskan pada satu periode sejarah, atau beberapa kebudayaan yang berbeda, atau gabungan antara periode sejarah dan kebudayaan yang berbeda. RANCANGAN PENELITIAN KUANTITATIF Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang menggunakan asumsi-asumsi pendekatan positivis. Penelitian kuantitatif akan berkaitan dengan gejala social, dan setiap gejala social dinyatakan dalam variable. Variabel merupakan konsep yang mempunyai variasi nilai/intensitas/jumlah. Biasanya variasi nilai/intensitas/jumlah ini disebut dengan kategori yang menggambarkan atribut dari variable tersebut. Variabel dalam penelitian kuantitatif dapat dibedakan menjadi 2, yaitu: 1. Variebel bebas (independent), merupakan variable yang ada atau terjadi mendahului variable terikatnya. Merupakan variable yang menjelaskan terjadinya fokus atau topik penelitian. 2. Variabel terikat (dependen), Variabel yang diakibatkan atau yang dipengaruhi oleh variable bebas., keberadaan variabel ini sebagai variabel yang dijelaskan dalam fokus atau topic penelitian. Ragam Penelitian Kuntitatif 1. Eksperimen Bagian dari penelitian kuantitatif yang sangat kuat dalam menguji hubungan sebab-akibat. Dalam penelitian ini suatu sebab dari gejala yang akan diuji sedemikian rupa, apakah benar sebab tersebut (independent variable) menyababkan gejala yang diteliti (dependen variable), atau biasanya peneliti melakukan “manipulasi kondisi variable penyabab”. Subjek dihadapkan pada kondisi buatan (sesuai dengan topik penelitian), yang belum tentu sama dengan kondisi kesehariannya. a. Laboratory eksperimen, subjek penelitian dipisahkan dari lingkungan keseharian, kebiasaan , atau habitatnya. b. Field Eksperimen, Subjek tidak dipisahkan dengan lingkungan kesehariannya, dan masih dapat berinteraksi dengan faktor-faktor lain diluar dirinya. Tipe Desain Eksperimen: 1. Clasical Eksperimental Design Pembagian subjek dalam kelompok eksperimen ataupun pembanding dilakukan dengan random assignment. Pada kelompok eksperimen dilakukan observasi awal, treatment untuk mengetahui hasil, lalu dilakukan observasi akhir. Sedang pada kelompok pembanding dilakukan observasi awal, tidak dilakukan treatment, dan dilakukan observasi akhir. 2. Two group pasttest only Terdapat kelompok pembanding yang pembagiannya dilakukan dengan cara random asigment. Kepada kelompok eksperimen langsung diberikan treatment, tanpa dilakukan observasi awal terlebih dahulu. Untuk kelompok pembanding, hanya dilakukan satu kali observasi saja. 3. Solomon four group Gabungan antara tipe classical experimental design dan two group posttest only. Terdapat dua kelompok eksperimental, dan dua kelompok pembanding. Pada kelompok eksperimen pertama dilakukan observasi awal, treatment, dan observasi akhir. Kelompok pembanding pertama dilakukan observasi awal dan akhir. Kelompok eksperimen kedua langsung dilakukan treatment lau observasi akhir. Kelompok pembanding kedua hanya diberikan satu kali observasi saja. 2. Survey Penelitian yang mengumpulkan jawaban dari responden atas pertanyaan yang merupakan pengukiran dari variabel yang diteliti, serta menguji hipotesa. Membuat instrument penelitian Jenis-jenis pertanyaan: 1. Menggolongkan pertanyaan sensitive dan non sensitive, hal ini akan mempengaruhi penempatan urutan dalam kuesioner. Pertanyaan yang sensitive adalah pertanyaan yang masih sangat dianggap tabu atau sulit untuk ditanyakan kepada masyarakat, misalnya tentang sexual, kegiatan illegal,dll. 2. Pertanyaan tentang pengetahuan, menggali pengetahuan responden. 3. Pertanyaan tentng fakta, menggali kejadian yang sesungguhnya terjadi atau terdapat pada responden. 4. Pertanyaan tentang opini, menyangkut pendapat responden tentang suatu hal. 5. Pertanyaan lanjutan, pertanyaan yang setelah responden menjawab pertanyaan harus dilanjutkan kepertayaan berikutnya yang masih terkait dengan pertanyaan tersebut. Bentuk pertayaan: 1. Pertanyaan tertutup, jika kategori jawaban atas pertanyaan telah tersedia. 2. Pertanyaan terbuka, dimana peneliti tidak memberikan pilihan jawaban, sehingga responden dapat menjawab apa saja sesuai dengan pemikiran dan pendapatnya. 3. Pertanyaan setengah terbuka, peneliti memberi alternative jawaban, namun tidak seluruhnya, sehingga apabila responden memberikan jawaban yang lain masih sangat dimungkinkan. Hal yang perlu dihindari dalam menyusun pertanyaan: 1. Hindari penggunaan jargon (sosialisasi, demokrasi), istilah daerah, bahasa gaul, dan singkatan. 2. Hindari ambiguitas atau pertanyaan yang kabur (apakah bapak dan ibu merasakan kenikmatan dalam bekerja?). 3. Hindari bahasa yang emosional, dan bias prestise (banyak dokter yang mengatakan bahwa rokok dapat merusak pasru-paru, bagaimana pendapat saudara?) 4. Hindari pertanyaan yang double barraled, satu kalimat yang mengandung dua pertanyaan sekaligus. 5. Hindari leading question, pertanyaan yang mengarahkan jawban responden (Setujukah bahwa polisi harus lebih profesional lagi?). 6. Diluar kemampuan responden untuk menjawab. 7. Memulai pertanyaan dengan premis yang salah. (jam tayang TV swasta sudah cukup panjang apakah perlu ditambah lagi?) Panjang di sini belum tentu panjang. 8. Pertanyaan mengenai masa depan. 9. Pertanyaan yang double negative (apakah bapak/ibu tidak setuju jika tempat bapak/ibu bekerja tidak memiliki tempat ibadah?). 10. Pertanyaan dengan kategori jawaban yang tumpang tindih serta kategori yang tidak simbang. Tipe penelitian Survey 1. Mail and self administered Questionnaires, yaitu responden diminta untuk menjawab sendiri questioner yang telah dibuat. 2. Telephone interviews, Peneliti menanyakan pertanyaan-pertanyaan yang telah dibuat dalam kuesioner kepada responden tidak secara langsung berhadapan, tetapi melalui saluran telepon. 3. Face to face interviews, peneliti menanyakan langsung pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam kuesioner kepada responden. ANALISIS DATA KUANTITATIF Data berdasar tingkat pengukuran: 1. Nominal Jenis data yang ukurannya hanya menunjukkan perbedaan antara satu kelompok dengan kelompok lain. Contoh: jenis kelamin (laki,perempuan), agama besar di Indonesia (Islam, Kristen, Hindu, Budha). 2. Ordinal Jenis data yang ukurannya dapat membedakan antara satu kelompok dengan kelompok lainnya seperti pada skala nominal, tetapi dapat menunjukkan tingkatan atau urutan antar kelompok. Contoh: tingkat jenjang kepegawaian (goongan 1,2,3,4), tingkat pendidikan formal yang di tamatkan (SD,SMP,SMA,Universitas), tingkatan kecantikan (kurang cantik, cantik, sangat cantik). 3. Interval Sama dengan skala ordinal. Bedanya jika pada skala ordinal tidak dapat membedakan jarak atau bobot antar kelompok, pada skala interval urutan anatara satu kelompok dengan kelompok lsi lainnya sama. Contoh: skor kecerdasan IQ, operasi matematika (suhu 27 derajat celcius). 4. Rasio Sama dengan skala interval, namun jika pada interval nol bukan berarti tidak ada, pada rasio nol mutlak tidak ada sama sekali. Misalnya uang Rp 0 berarti tidak ada sama sekali. Tahap Analisis data 1. Data Coding Dalam pengertian lain yaitu memberi kode terhadap data. Meyusun secara sistematis data mentah (yang ada dalam kuesioner) ke dalam bentuk yang mudah dibaca oleh mesin pengolah data seperti computer. 2. Data entry Memindahkan data yang telah diubah menjadi kode ke dalam mesin pengolah data seperti computer. 3. Data Cleaning Memastikan bahwa seluruh data yang telah dimasukkan kedalam mesin pengolah data sudah sesuai dengan sebenarnya. Dalam proses ini terdapat possible code cleaning yaitu melakukan perbaikan kesalahan pada kode yang jelas tidak mungkin ada akibat salah memasukkan kode. Dan modifikasi yaitu melakukan pengkodean kembali data asli. 4. Data output Yaitu hasil pengolahan data dapat berupa table, diagram, atau grafik. 5. Analisis data Poroses lanjutan dari proses pengolahan data untuk melihat bagaimana menginterpretasikan data dan kemudian meganalisis data dari hasil yang sudah ada pada tahap hasil pengolahan data. a. Analisis Univariat, yaitu analisis terhadap satu variabel 1) Distribusi Frekuensi, yaitu susunan data dalam satu tabel yang telah diklasifikasi menurut kelas dan kategori tertentu. Misal data: 13 13 13 14 14 14 14 15 15 14 15 15 15 16 16 16 16 16 15 16 16 17 17 17 17 18 18 18 19 19 19 Maka jika di ubah dalam table frekuensi kategori Frekuensi Presentase 13 3 9,68% 14 4 12,9% 15 6 19,35% 16 8 25,81% 17 4 12,9% 18 3 9,68% 19 3 9,68% Jumlah 31 100% 2) Ukuran pemusatan, yaitu ukuran yang digunakan untuk melihat seberapa besar kecenderungan data memusat pada nilai tertentu. Nilai tertentu tersebut merupakan nilai tunggal atau nilai pusat. Disebut nilai pusat karena umumnya nilai tersebut berlokasi di bagian tengah atau pusat dari suatu distribusi. Ukuran pemusatan terdiri dari: a. Modus, merupakan nilai data yang mempunyai frekuensi terbesar dalam satu kumpulan data. Modus dapat digunakan untuk semua skala pengukuran, namun lebih cocok untuk skala nominal. b. Mean, rata-rata ditentukan dengan jalan menjumlahkan nilai seluruh pengamatan di bagi dengan banyaknya data. Biasanya digunakan pada skala pengukuran interval dan rasio. c. Median, merupakan nilai yang terletak di tengah bila nilai pengamatan disusun secara teratur menurut besarnya, dari besar ke kecil, atau sebaliknya dari kecil ke besar. Lazimnya digunakan dalam skala pengukuran ordinal. 3) Ukuran Penyebaran, merupakan ukuran yang menyatakan seberapa jauh nilai pengamatan yang sebenarnya menyimpang atau berbeda dengan nilai pusatnya. a. Range (jangkauan), merupakan selisih nilai maksimum dengan nilai minimum dalam suatu kumpulan data, bila nilai range yang dihasilkan kecil, maka keragaman data rendah. Contoh: data ( 2 4 5 7 8 200, maka rengenya adalah 200-2= 192). b. Variansi, merupakan jumlah kuadrat dari selisih nilai data pengamatan dengan rata-rata dibagi banyaknya data pengamatan. c. Deviasi Standar, yaitu akar kuadrat dari variansi. b. Analisis Bivariat, yaitu analisis yang digunakan untuk melihat ada, tidaknya hubungan antara dua variable dan seberapa kuat hubungannya di antara ke dua variable tersebut. POPULASI DAN SAMPEL Jembatan Jarak antara Populasi dan Sampel Desain Sampel 1. Teknik penarikan sampel Probabilita adalah teknik penarikan sample yang medasarkan diri pada prinsip bahwa setiap elemen populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk terpilih menjadi anggota sampel. Artinya setiap elemen populasi diperlakukan sama. Teknik penarikan sample: 1. Acak Sederhana (Simple Random Sampling) Digunakan untuk jumlah populasi yang tidak terlalu besar, dan karekteristik populasi yang cenderung homogen. Langkah : a. Membentuk kerangka sample (misalnya daftar nama anggota populasi). b. Memberi nomor setiap unsur dalam kerangka sample secara acak. c. Pemilihan unsur untuk menjadi anggota sample dapat dilakukan dengan cara undian atau table angka random. 2. Acak sistematis (Systematic Random Sampling) Prasyarat utama adalah tersedianya kerangka sample yang telah disusun secara acak, teknik ini juga digunakan untuk penelitian yang homogen Langkah: a. Menyusun kerangka sample secara acak, tidak boleh ada pola-pola atau pengelompokkan tertentu, misalnya berdasarkan Rw, atau berdasarkan fakultas., dan lain sebagainya. b. Tentukan sampling interval (k = N/n), k = sampling interval, N = jumlah populasi, n = jumlah sample. c. Tarik sample dari daftar kerangka sample berdasarkan k. 3. Stratifikasi (Stratified Random Sampling) Biasanya digunakan untuk populasi yang cenderung homogen, atinya terdapat beberapa variabel penelitan yang dapat digunakan untuk menggambarkan variasi dalam populasi sehinga variasi itupun perlu ada dalam sampel yang kita ambil. Oleh karena itu populasi penelitian dibagi ke dalam strata yang tidak tumpang tindih berdasarkan variabel penelitian. Penarikan sample dilakukan dari masing-masing strata dalam populasi dengan cara acak sederhana atau sistematis. Terdapat dua jenis penarikan sampel stratifikasi. Proporsional jika besarnya sampel yang ditarik dari masing-masing strata sebanding dengan besarnya strata dalam populasi, dan non-proposional jika peneliti tidak mungkin untuk menarik sampel yang sebanding karena jumlah disalah satu sampel terlalu sedikit. Langkah: a. Membagi elemen populasi dalam strata (berdasarkan jenis kelamin, fakultas, dll). b. Tentukan jumlah sample yang ingin diambil. Proporsional atau non proposional, (tergantung dari perbedaan besar populasi pada setiap strata, dan dari homogenitas setiap strata). c. Tarik sample secara acak dengan acak sederhana atau sistematis. 4. Cluster (area sampling). Biasanya digunakan dalam populasi yang besar. Caranya dengan membagi populasi penelitian berdasarkan cluster atau tingkatan. Cluster merupakan unit yang berisi sampling elemen atau target akhir penarikan sampel. Oleh karena itu sampling unit dan elemennya dapat berbeda, sampling unitnya dapat berupa cluster yang ditentukan oleh peneliti sedangkan sampling elemennya adalah target akhir dari penarikan sample. Langkah: a. Tentukan jumlah tahap / cluster yang akan dijadikan kerangka sampel dari cluster terluas sampai tersempit. b. Menyusun kerangka sample dari masing-msing tahap secara acak. c. Memilih anggota sample dari masing-masing tahap atau cluster secara acak dan sederhana. Note: Membuat desain sample dengan lebih banyak cluster akan jauh lebih baik, karena elemen dalam masing-masing cluster cenderung homogen sehingga menarik sedikit saja sudah cukup. Sedangkan jika kita menarik lebih banyak elemen dari sedikit cluster maka sampel kita akan cenderung homogen, dan variasi yang ada dalam populasi belum tentu terwakili. 2. Teknik penarikan sampel non-probabilita merupakan teknik penarikan sampel jika peneliti sama sekali tidak dapat menyusun kerangka sampel atau pada masalah-masalah tertentu dimana kerangka sampel tidak mungkin untuk dibuat. 1. Accidental Jika populasi penelitian relative homogen, namun peneliti tidak mungkin untuk menyusun kerangka sampel. Peneliti memilih responden yang tersedia dan mudah untuk diperoleh, contohnya seorang reporter stasiun TV yang melakukan wawancara kepada warga yang kebetulan lewat didepannya. 2. Quota Digunakan untuk populasi yang relative homogen, dan peneliti sulit untuk menentukan kerangka sampel. Yang dilakukan peneliti adalah megelompokkan responden dalam beberapa kategori. Contohnya membagi populasi penelitian berdasarkan laki-laki dan perempuan kemudian menentukan jatah masing-masing kategori, misalnya laki-laki 20 perempuan 30. PENELITIAN KUALITATIF Karakteristik 1. Melandaskan pemahaman akan realitas atau gejala sosial berdasar konteksnya. 2. Menekankan pada kajian kasus, subjek yang diteliti dianggap unik dan khas. 3. Menuntut integritas peneliti, dalam artian ada atau tidaknya keberpihakan atau bias peneliti, serta akurasi data terkait dengan pentingnya peneliti melakukan klarifikasi data. 4. Membangun teori dari bawah. 5. Menjelaskan dan memahami gejala dan penekanan pada proses dan jalinan peristiwa, bahwa satu peristiwa dijelaskan dengan peristiwa lainnya, salah satunya melalui kronologi peristiwa. 6. Mengintepretasikan data adalah menerjemahkan data dengan memaknainya secara signifikan dan koheren dengan merujuk pada cara pandang subjek yang dikaji. Pada tahap penelitian kualitatif menunjukkan pola non linier atau cylical. Artinya tahapan dalam penelitian kualitatif tidak bergerak dalam satu garis lurus melainkan dalam pola melingkar yang memungkinkan peneliti untuk mengulang langkah-langkah yang telah diambil dan bahkan dimungkinkan kembali mengulangnya beberapa kali sampai dirasakan optimal telah dicapai. Pertanyaan Penelitian 1. Menentukan pertanyaan yang umum yang kemudian diturunkan atau dijabarkan ke dalam sub-sub pertanyaan untuk semakin memperjelas fokus penelitian. 2. Pertanyaan penelitian harus sesuai dengan jenis penelitian, penelitian kualitatif lazimnya berangkat dari pertanyaan APA dan BAGAIMANA. 3. Formulasi atau rumusan pertanyaan penelitian secara tidak langsung menyebutkan hubungan sebab akibat. Untuk membedakan dengan penelitian kuantitatif hindari kata-kata seperti: mempengaruhi (affect), dampak (impact), menyebabkan (cause), menentukan (determine), berkaitan (relate). 4. Pertanyaan akan berkembang bahkan berubah sejalan dengan perkembangan penelitian.. 5. Pertanyaan penelitian sebaiknya menggunakan pertanyaan terbuka. Peran teori dalam Penelitian Kualitatif Penelitian kualitataif membangun atau menghasilkan teori dari bawah (induktif). Artinya peneliti mengumpulkan data atau informasi, kemudian mengklasifikasi data berdasar kategori-kategori dalam upaya menemukan pola atas realitas atau gejala yang dikajinya. Selanjutnya pola yang didapat dibandingkan dengan teori-teori lain dalam rangka menghasilkan suatu teori baru atau teori alternative. Desain/Rancangan penelitian Kualitatif 1. Siapa dan apa saja sumber data atau informasi yang diwawancarai data atau yang diamati, apa individu, kelompok, institusi, dll. 2. Hal apa yang akan diwawancarai dan atau diamati. Pengumpulan data 1. Tahap deskriptif, mendeskripsikan karakteristik suatu fenomena sosial dan konteksnya. Mis: apa yang mereka lakukan, dimana dan kapan melakukannya?. 2. Tahap fokus: memfokuskan perhatian pada bagaimana proses berlangsungnya suatu denomena social tertentu, termasuk factor yang melatar belakanginya. Mis: bagaimana mereka melakukannya?. 3. Tahap selektif atau hipotesis, peneliti menekankan pada hal-hal pengecualian atau hal yang merupakan konsekuensi dari suatu fenomena sosial tertentu. Mis: siapa saja yang tidak melakukannya. PENELITIAN LAPANGAN Dalam penelitian lapangan, peneliti mengikuti perspektif sosial konstruktivis, melihat penelitian sebagai gambaran dari realitas sosial yang juga merupakan bagian dari realitas sosial tersebut. Karenanya penelitian lapangan lebih cocok digunakan jika pertanyaan penelitian yang dibuat menyangkut usaha mempelajari, memahami atau mendeskripsikan sekelompok orang yang melakukan interaksi. Hal yang perlu diperhatikan: 1. Amati kejadian sehari-hari yang biasa atau luar biasa dalam setting alami. 2. Terlibat langsung dengan orang yang diteliti. 3. Memperoleh sudut pandang orang yang diteliti, sekaligus mempertahankan perspektif analitis orang luar. 4. Gunakan beragam teknik dan keterampilan sosial secara luwes. 5. Himpun data berupa catatan rinci. 6. Pandang data secara holistic maupun secara individual dalam konteks sosial masing-masing. 7. Kembangkan empati dengan orang yang diteliti. 8. Perhatikan aspek-aspek kebudayaan yang eksplisit maupun yang tidak. 9. Jangan paksakan sudut pandang sebagai orang luar. 10. Mampu mengatasi stress, rasa ketidak pastian, masalah etis. 11. Fleksibilitas, peneliti lapangan harus selalu mnyesuaikan penelitiannya sesuai dengan kondisi lapangan. LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN LAPANGAN 1. Persiapan Peneliti lapangan harus mengkosongkan pikirannya atas konsepsi awal dan melakukan defocusing dalam artian memperhatikan seluruh situasi, masyarakat dan setting, sebelum memutuskan mana yang masuk dalam wilayah penelitian atau tidak, serta tidak terlalu terfokuskan perhatian pada peran peneliti. 2. Memilih Site Site adalah konteks tempat terjadinya suatu fenomena atau aktivitas, Site adalah daerah yang memiliki batas sosial. 3. Strategi memasuki lapangan Ketika memasuki site penelitian, peneliti harus membangun legitimasi keberadaannya di sana. 4. Akses Akses tidak hanya terbatas pada kehadiran fisik peneliti, namun juga meliputi izin yang diberikan kepada peneliti untuk melakukan penelitiannya. 5. Disclosure Peneliti harus memutuskan sampai seberapa jauh ia akan terbuka mengenai penelitian yang dilakukan ataupun keberadaanya sebagai peneliti. Keterbukaan peneliti dapat membangun kepercayaan sehingga membuat ia mudah untuk diterima. 6. Gatekeepers Orang yang memiliki otoritas formal atau informal yang mengontrol akses untuk memasuki site. 7. Memulai penelitian Peneliti harus menentukan bagaimana ia akan menampilkan dirinya terhadap orang-orang yang akan diteliti. 8. Membangun Raport. Raport dibangun dengan menjaga hubungan baik terhadap masyarakat yang ditelitinya, dengan membentuk kepribadian yang baik dimata masyarakat dan membangun kepercayaan masyarakat yang diteliti. 9. Pengertian Pengertian dan empati akan membuat peneliti semakin mudah diterima oleh masyarakat. 10. Freeze Out Anggota masyarakat yang sama sekali tidak mau untuk diajak bekerjasama dan menerima peneliti. 11. Memilih peran sosial Peneliti harus memainkan peran tertentu. Dapat memilih peran yang sudah ada, mambuat peran baru, atau memodifikasi peran yang sudah ada. 12. Hubungan sosial dan peran sosial. Peneliti membangun hubungan sosial dengan masyarakat. Namun yang perlu juga diperhatikan terkadang ada anggota site yang memiliki kemampuan akademik yang dapat menimbulkan kesulitan bagi peneliti. Mereka dapat menganggap dirinya sangat mengetahui mengenai penelitian, termasuk metodologi yang digunakan, sehingga berupaya mempengaruhi jalannya penelitian. 13. Tingkat keterlibatan peneliti a. Partisipasi total, peneliti secara total terlibat dalam hubungan dengan anggota masyarakat yang diteliti baik secara fisik maupun emosional. b. Peneliti sebagai partisipan, peneliti terlibat dan berpartisipsi dalam kegiatan anggota site, namun keterlibatannya tidak penuh. c. Peneliti total, peneliti memiliki ikatan personal yang sangat kecil, ia berperan sebagai pengamat pasif. PENGUMPULAN DATA 1. Observasi, peneliti harus mampu mengetahui suatu kejadian baik yang terlihat nyata maupun tidak. 2. Pengamatan, meliputi semua kejadian di lapangan baik yang khusus maupun kejadian sehari-hari.. 3. Perhatikan detil, peneliti harus memperhatikan secara detil untuk mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya. 4. Mendengarkan, Ketika berbicara dengan masyarakat peneliti harus juga memperhatikan bahasanya, cara bicara, idiom, dan intonasi yang digunakan. Peneliti harus mendengar apa yang dikatakan dan makna yang terkandung didalamnya. 5. Argot, Yaitu terminology dan simbol-simbol tertentu yang akan timbul pada masyarakat yang telah berinteraksi lama. Catatan Lapangan Catatan lapangan (field notes) adalah alat untuk menyimpan data. Catatan lapangan berisi deskripsi konkret atas proses dan konteks sosial. Jenis: 1. Jottes Notes, catatan yang dibuat ditempat penelitian. 2. Direct Observation notes, catatan yang dibuat langsung setelah peneliti meninggalkan tempat penelitian. 3. Research Inference, Catatan mengenai interpretasi atau peneliti terhadap makna suatu kejadian. 4. Catatan analisis, peneliti menuliskan rencana, taktik, etika, keputusan procedural, ataupun kritik pribadi mengenai keputusan yang diambil sendiri, berisi pula teori serta ide yang akan didalami peneliti. 5. Catatan pribadi, kejadian personal dan perasaan pribadi. 6. Peta dan diagram, membantu menggambarkan kejadian di tempat penelitian dan membantu orang lain untuk mengerti. 3 jenis peta: a. Spatial, menggambarkan lokasi orang, barang, secara geografis. b. Sosial, memperlihatkan sejumlah orang dalam struktur kekuasaan, pengaruh, pertemanan, pembagian kerja. c. Temporal, memperlihatkan arus barang, orang, komunikasi serta jadwal. 7. Rekaman video atau wawancara 8. Catatan wawancara, menerangkan seperti tanggal, tempat kejadian, karakteristik orang yang diwawancarai. KUALITAS DATA Data yang berkualitas mencakup tanggapan-tanggapan subjektif peneliti terhadap orang yang diteliti 1. Validitas, menyangkut keyakinan bahwa analisa dan data peneliti benar-benar menggambarkan situasi di tempat penelitian. Validitas berarti alat ukur yang digunakan peneliti benar-benar mengukur apa yang harus di ukur. a. Ecological Validity, tingkat kesesuaian antara penggambaran dunia sosial oleh peneliti dengan masyarakat yang ditelitinya, valid jika suatu fenomena muncul tanpa pengaruh kehadiran peneliti. b. Natural History, deskripsi detil mengenai penelitian yang dilakukan, valid jika orang luar melihat dan menerima site lapangan serta tindakan yang diambil peneliti. c. Member Validitation, peneliti membawa kembali hasil penelitiannya kepada yang diteliti, valid jika anggota masyarakat yang diteliti mengenali dan mengerti deskripsi peneliti dan menilainya sebagai gambaran dunia sosial mereka. d. Competent Insiden, kemampuan orang luar untuk berinteraksi secara efektif sebagai anggota. 2. Reliabilitas, menyangkut masalah konsistensi: a. Internal, menyangkut masalah apakah data yang diperoleh sejalan dengan segala yang sudah diketahui tentang orang atau kejadian yang bersangkutan. b. Eksternal, masalah kesesuaian data dengan data yang diperoleh dari sumber lain. 3. Fokus 4. Sampling, Sampel biasanya diambil dalam jumlah kecil. Namun kemudian dilakukan observasi penuh. Dalam penelitian lapangan peneliti mengambil sampel atas waktu, situasi, kejadian, lokasi, orang, dan konteks kejadiannya. 5. Wawancara, penelitian lapangan biasanya menggunakan wawancara tidak berstruktur, peneliti hanya berbekal point-point pertanyaan yang akan dikembangkan sesuai dengan kondisi. Peneliti biasanya memulai wawancara dengan pertanyaan-pertanyaan umum dan menjauhi topik sensitive. Ketika kepercayaan telah diperoleh, pertanyaan sensitive dapat diajukan 6. Jenis Pertanyaan a. Deskriptif, digunakan untuk mempelajari setting dan orang yang ada didalamnya. b. Pertanyaan yang dibuat berdasarkan konsep yang telah dibuat peneliti sebelumnya. c. Pertanyaan kontras, yang dibangun berdasarkan pertanyaan konseptual. Bertujuan untuk melakukan analisa sehigga difokuskan pada persamaan dan perbedaan yang disebutkan nara sumber. 7. Informan, orang yang memberi keterangan, dan seorang informan yang baik akan mengetahui dengan baik budaya daerahnya dan menyaksikan kejadian ditempatnya, terlibat secara mendalam dengan kegiatan yang ada ditempat penelitian, orang yang dapat meluangkan waktu bersama peneliti, dan orang yang “nonanalitas” dalam pengertian orang yang tidak analistis namun mengetahui dengan baik situasi daerahnya. 8. Meninggalkan lokasi, penelitian akan berakhir dengan sendirinya jika pembangunan teori selesai. ANALISA DATA Pendekatan kualitatif menempatkan data sebagai titik sentral dalam penelitian. Karakter data kualitatif berkaitan dengan realitas sosial dan hakekat manusia yang dikaji secara intepretatif. Dengan memandang realitas social sebagai suatu hal yang dinamis dan sangat tergantung pada interpretasi manusia yang ada didalamnya. Dalam melakukan interpretasi terhadap suatu realita sosial selalu muncul kemungkinan perbedaan interpretasi karena adanya berbagai sudut pandang Prinsip Analisa data Kualitatif 1. Proses analisa data akan dilakukan secara bersamaan dengan proses pengumpulan data, proses interpretasi data, dan juga penulisan. 2. Saat melakukan proses analisa data, peneliti akan melakukan proses reduksi dan interpretasi data. 3. Proses analisa data akan memperlihatkan beberapa bentuk presentasi data yang dapat memudahkan pembaca untuk memahami kompleksitas gejala yang diteliti. 4. Peneliti perlu untuk mengidentifikasi prosedur coding yang dilakukan untuk meredukasi informasi ke dalam berbagai tema dan kategori.
Read More..

Curikulum Vitae


CURRICULUM  VITAE




  • Personal Detail

Nama            : Acmad Setiyono
TTL                : Batang, 14 Agustus 1994
Jenis Kel       : Laki- Laki
No. Telp         : 089668433093
Email            : Setiyonoachmad @ gmail.com
Alamat         : Desa Kenconorejo RT/RW: 03/01 Kec. Tulis , 
                        Kab.      Batang , Jawa Tengah – indonesia


Riwayat Pendidikan

2012- ....        : Universitas Diponegoro, Semarang
2009-2012      : SMA Negeri 1 Batang, Batang
2006-2009      : SM Negeri 1 Tulis, Batang
2001-2006       : SD Negeri 01 Kenconorejo, Batang
2000-2001       : TK Melati, Batang

Informasi Tambahan

Hobi: Makan           : Tidur dan Jogging
Cita-Cita                 : Jadi Pengusaha SUKSES
Motto                         : Jangan pernah putus asa, tetap OTIMIS
Ketrampilan           : Makan dengan Cepat













Read More..

Indahnya Sholat Malam


Abu Hurairah dan keluarganya membagi malam menjadi tiga bagian. Sepertiga pertama ia bangun dan shalat, sepertiga kedua istrinya bangun dan sepertiga ketiga anak laki-lakinya bangun, dan mereka bergantian saling membangunkan. Dalam hal ini Abu Hurairah melaksanakan Hadits Rasul SAW yang berbunyi “Semoga Allah swt memberikan rahmat seorang suami yang bangun malam untuk shalat kemudian membangunkan istrinya, apabila istrinya menolak ia percikan air kemuka istrinya, semoga Allah memberikan rahmat kepada seorang istri yang bangun dan shalat kemudian membangunkan suaminya, apabila suaminya menolak ia percikan air ke wajah suaminya “ (HR. Abu Daud).
Salah seorang ulama terdahulu bangun di malam yang sangat dingin, saat meletakkan tangannya di bejana air, beliau merasakan sakit karena saking dinginnya air itu, beliau ingin kembali ke atas tempat tidur dan tidak wudhu, namun beliau paksakan mencelupkan tangannya ke dalam air seraya berkata: “sungguh ini lebih ringan daripada panasnya api jahanam”
Sebagian ulama salaf melaksanakan Shalat subuh dengan wudhu Shalat isya’nya.
Sebagian lagi Shalat subuh dengan wudhu Shalat Isya selama 40 tahun.
Apakah ini terjadi begitu saja? Tidak, semuanya membutuhkan proses dan perjuangan.
Tsabit Al Banani berkata, “Saya merasakan kesulitan untuk shalat malam selama 20 tahun dan saya akhirnya menikmatinya 20 tahun setelah itu. Jadi total beliau membiasakan shalat malam selama 40 tahun. Ini berarti shalat malam itu butuh usaha, kerja keras dan kesabaran agar seseorang terbiasa mengerjakannya.
Beginilah keadaannya, selalu dalam peperangan menghadapi dirinya dan setan.
Sebagian mengatakan: “dulu bangun malam amat sulit untukku, aku berjuang sekuat tenaga sehingga aku bisa menikmati lezatnya selama dua puluh tahun.
‘Amr bin Al ‘Ash radhiyallahu ‘anhu berkata, “Satu raka’at shalat malam itu lebih baik dari sepuluh rakaat shalat di siang hari.”
Al-Hasan berkata: Bersungguh-sunnguhlah (untuk beribadah) pada waktu malam dan perpanjanglah shalat kalian sehingga waktu menjelang pagi, kemudian duduklah untuk berdo’a, merendahkan diri (di hadapan Allah) dan beristigfar
Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata, “Barangsiapa yang shalat malam sebanyak dua raka’at maka ia dianggap telah bermalam karena Allah Ta’ala dengan sujud dan berdiri.” (Disebutkan oleh An Nawawi dalam At Tibyan 95)
Ada yang berkata pada Al Hasan Al Bashri , “Begitu menakjubkan orang yang shalat malam sehingga wajahnya nampak begitu indah dari lainnya.” Al Hasan berkata, “Karena mereka selalu bersendirian dengan Ar Rahman -Allah Ta’ala-. Jadinya Allah menghadiahkan sebagian dari cahaya-Nya pada mereka.”
Abu Sulaiman AD Darani berkata: “ahli ibadah melewati malamnya lebih lezat dari para pencari kenikmatan duniawi, kalau tidak karena Shalat malam maka aku bosan tinggal di dunia”
WAHAB bin munabbih berkata: “Shalat malam akan mengangkat derajat orang yang lemah,  memuliakan orang yang terhina, puasa di siang hari akan menjauhkan seorang hamba dari godaan syahwat dan tidak ada waktu istirahat bagi seorang mukmin sebelum surga”
Ada yang berkata pada Ibnu Mas’ud, “Kami tidaklah sanggup mengerjakan shalat malam.” Beliau lantas menjawab, “Yang membuat kalian sulit karena dosa yang kalian perbuat.”
Lukman berkata pada anaknya, “Wahai anakku, jangan sampai suara ayam berkokok mengalahkan kalian. Suara ayam tersebut sebenarnya ingin menyeru kalian untuk bangun di waktu sahur, namun sayangnya kalian lebih senang terlelap tidur.” (Al Jaami’ li Ahkamil quran)”
Ibnu Abbas berkata: “barangsiapa yang ingin dimudahkan oleh Allah dari lamanya berdiri pada hari kiamat maka hendaklah dia terlihat oleh Allah dalam keadaan sujud dan berdiri di kegelapan malam takut akan akhirat dan berharap rahmat Allah”
Mereka adalah hamba-hamba Allah yang menghabiskan waktu malamnya dalam sujud dan berdiri, menegakkan Shalat, mengangkat dirinya dari empuknya kasur, heningnya malam, mereka kalahkan godaan tidur, mengutamakan bermunajat pada Allah, mengharap pahalanya dan takut akan siksanya.
Saat kematian mendatangi Ibnu Umar, beliau berkata: “saya tidak sedih meninggalkan urusan  dunia ini kecuali rasa haus dalam hijrah dan nikmatnya Shalat malam”
Shalat malam adalah menjauhkan diri dari keramaian hidup, bermunajat dengan Dzat yang Maha mulia, memohon ampunan dan maghfirohNya, mengharap belas dan kasihNya…Allahu Akbar….mereka tidak bisa menikmati tidur karena mengingat sepinya kubur, beratnya beban pada hari kebangkitan tatkala dibangkitkan semua yang ada di kubur, di buka semua yang di dada.
Oleh karenanya, Qotadah berkata: “orang munafiq tidak akan pernah (bisa) menghabiskan waktu malamnya dalam ketaatan”
Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya dan mereka selalu berdoa kepada Rabbnya dengan penuh rasa takut dan harap, serta mereka menafkahkan apa apa rezki yang kami berikan. Tak seorangpun mengetahui berbagai nikmat yang menanti, yang indah dipandang sebagai balasan bagi mereka, atas apa yang mereka kerjakan. (QS. As-Sajdah: 16-17)
Bahkan kita bisa mendapatkan bagaimana orang-orang terdahulu berlomba-lomba mengajak orang lain untuk mendapatkan keutamaan ini. Salah seorang di antara mereka apabila bangun di waktu sahur sementara kebanyakan penduduk masih pada terlelap dalam tidurnya, beliau berkata dengan suara keras: “wahai manusia, wahai manusia..apakah kalian tidur sepanjang malam? Kenapa kalian tidak Shalat malam???
Sufyan ats-Tsauri mengatakan: “Hanya karena satu dosa, aku kehilangan sholat malam selama lima bulan.” Ia ditanya,”apa dosa tersebut?” Ia menjawab,”Ketika aku melihat orang yang menangis, aku berkata dalam hatiku, ‘orang ini menangis karena ingin dipuji oleh orang lain.”
Atha’ ibn Abi Rabah berkata “Sesungguhnya qiyamul lail itu menghidupkan badan, menerangi hati, membuat air muka bercahaya serta menguatkan penglihatan dan anggota badan, seseorang apabila melaksanakan qiyamul lail akan merasakan kegembiraan dan apabila terlewat qiyamul lailnya maka ia akan merasa sangat sedih seakan-akan ia telah kehilangan sesuatu yang sangat berharga “ (Al-bidayah wa Nihayah 9/294).
Inilah yang dianjurkan oleh Imam Muhammad bin Sirrin “Hendaklah kalian laksanakan qiyamul lail walaupun hanya sesusuan sapi.” (Azzuhud : 306).
Diceritakan lebih dari satu dari kalangan mereka (generasi awal) bahwa tidak ada hal yang paling mereka sesalkan apabila mereka tinggalkan dalam kehidupan dunia ini kecuali “Puasa diwaktu terik matahari dan shalat ditengah malam”.
Kecintaan mereka kepada qiyamul lail sampai menjadikan mereka merasa sangat sedih apabila malam pergi dan siang datang. Imam Sufyan Atsauri berkata “apabila datang waktu malam aku sangat bahagia dan apabila datang waktu siang aku sangat sedih” (Al-Jarh Wa Ta’dil 1/85).
Abu Yazid memberitakan tentang keadaan Imam Sufyan Atsauri “bahwa apabila datang waktu pagi beliau meluruskan kakinya ke atas tembok dan meletakan kepalanya ke tanah agar darah kembali ke posisinya semula karena qiyamul lailnya yang begitu panjang” (Al-Jarh Wa Ta’dil 1/95).
Karena semangatnya dalam melaksanakan ibadah ini, mereka jadikan ini sebagai pesan utama dari generasi ke generasi. Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Muawiyah bin Qurrah bahwa apabila selesai melaksanakan shalat isya’ ayahnya berpesan kepada anak-anaknya “Wahai anak-anakku segeralah kalian tidur mudah-mudahan Allah SWT mengaruniakan kalian kebaikan (Qiyamul Lail)” (Az zuhud imam Ahmad 187).
Dari Utsman bin Hukaim, dia bekata, “aku pernah mendengar Sa’id bin Musayyib berkata, ‘selama 30 tahun, setiap kali para muadzin mengumandangkan adzan, pasti aku sudah berada di masjid.”
Beliau juga pernah mengatakan, “aku tidak pernah ketinggalan takbir pertama dalam shalat selama 50 tahun. Aku juga tak pernah melihat punggung para jamaah, karena aku selalu berada di shaf terdepan selama 50 tahun.”
Saat penglihatan beliau mulai melemah seseorang berkata kepada beliau, bawalah obor bersamamu agar menerangi jalan. Beliau berkata: “cukuplah bagiku cahaya Allah”.
Seorang ulama salaf menangis saat mau meninggal, ketika ditanya apa yang membuatmu menangis? Beliau menjawab: “aku menangisi hari dimana aku tidak puasa dan malam dimana aku tidak bangun”
Ibnu Jauzi berkata: “kalau Shalat malamku ditukar dengan usia Nahi Nuh dalam kekayaan Qorun niscaya aku akan rugi”
“Setan mengikat pada ujung kepala salah seorang diantara kalian jika tidur dengan tiga ikatan. Masing-masing ikatan mengatakan : “Engkau masih memiliki malam yang panjang, maka tidurlah!’ Jika ia bangun lantas menyebut nama Allah, maka terlepaslah satu ikatan. Jika ia berwudlu, maka lepaslah ikatan berikutnya. Dan jika ia mengerjakaan sholat, maka terlepaslah satu ikatan lagi, sehingga keesokan harinya ia menjadi giat, demikian juga jiwanya akaan menjadi baik. Jika tidak demikian, maka keesokan harinya ia menjadi kotor jiwanya lagi pemalas.” (HR. Muslim 1163).
Aku menangis bukan karena takut mati atau karena kecintaanku kepada dunia. Akan tetapi, yang membuatku menangis adalah kesedihanku karena aku tidak bisa lagi berpuasa dan shalat malam.”

sumber:(‘Amir bin ‘Abdi Qais)
Read More..